BEST OFFER EVER

Fee Buy-Sell: 0,15%-0,25% sampai dengan 0,08%-0,18% minimum deposit 10 JUTA RUPIAH

20140320

Market Outlook

Acara harus tetap berlanjut 


Sudah lebih dari 10 tahun saya tidak menonton film pada program televisi (TV), hal ini dikarenakan saya tidak suka iklan-iklan  televisi menggangu waktu santai saya. Sebagai penonton, mungkin Anda juga merasakan hal yang sama seperti saya. Namun, tanpa iklan, perusahaan stasiun TV tidak dapat menghasilkan uang dan mempertahankan program acaranya. Iklan TV merupakan salah satu metode promosi kepada publik yang paling efektif. Meskipun memakan biaya yang besar, iklan TV termasuk murah bila  menghitung biaya per penonton. Karena alasan inilah, pangsa pasar iklan TV mencapai 69% dari iklan media pada
tahun 2012 menurut Media Partner Asia, diperkirakan akan meningkat sebesar 70,4%.

Dalam hal memasang iklan, Indonesia masih tergolong rendah bila dibandingkan dengan negara-negara lain (lihat  tabel). Dari 10 stasiun TV hanya 7 stasiun TV yang terdaftar sebagai perusahaan publik melalui perusahaan holding, yaitu MNCN, VIVA, SCMA, dan EMTK. Di antara perusahaan-perusahaan tersebut,
MNCN merupakan pemimpin pasar dengan 3 stasiun TV (RCTI, Global TV, dan MNC TV) dengan pangsa pasar sebesar 40% menurut Nielsen. Selain stasiun TV, MNCN juga memiliki stasiun radio,  koran & majalah, web berita, dan lainnya. Perusahaan tersebut mencatat pertumbuhan pendapatan secara CAGR selama 5 tahun terakhir sebesar 10%, sementara pertumbuhan laba bersih CAGR berada di level 34%. Sebagian besar pendapatan tersebut berasal dari pendapatan iklan yang berkontribusi sebesar 87,6%. Pada saat ini, MNCN diperdagangkan di harga 2.660 dengan P/E 22,2x yang lebih rendah dibandingkan SCMA (35,0x), EMTK (28,9x), dan VIVA (158,5x).




Local flashes 

IPO: Lorena Lepas 42,86% Saham ke Publik. PT Eka Sari Lorena Transport melepas
sebanyak-banyaknya 150 juta saham dalam rangka penawaran saham perdana (initial
public offering/IPO) perusahaan bus antar kota antar provinsi (AKAP) itu. Dalam
prospektus yang dirilis hari ini, Rabu (19/3/2014), jumlah itu setara dengan 42,86% dari
total modal ditempatkan dan disetor yang merupakan saham baru dari portepel
dengan nilai nominal Rp500 setiap saham. (Bisnis Indonesia)

IPO: Wika Beton Tetapkan Harga IPO Rp590 per Saham.  PT Wijaya Karya (Wika)
Beton Tbk. menetapkan harga penawaran saham perdana (initial public offering/IPO)
sebesar Rp590 per saham atau cenderung ke batas kanan dari kisaran indikatif  yang
sebelumnya ditawarkan Rp470 hingga Rp630 per saham. (Bisnis Indonesia)

BSDE: Laba bersih 2013 BSDE meroket 110%.  PT Bumi Serpong Damai Tbk (BSDE)
mencatatkan kenaikan laba bersih signifikan sepanjang tahun 2013. Laba bersih
perusahaan Grup Sinarmas  ini naik hingga 110% dari Rp1,28 triliun menjadi Rp 2,69
triliun. Meroketnya laba bersih ini ditopang pendapatan usaha perseroan. Per akhir
Desember 2013, pendapatan BSDE tercatat naik 54,3% menjadi Rp 5,74 triliun.
(Kontan)

PGAS: PGN Teken 17 Kontrak Jual Beli Gas. PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS)
melakukan penandatanganan Perjanjian Jual Beli Gas (PJBG) dengan pelanggan baru
sektor industri di wilayah Tangerang, Banten melalui SBU Distribusi Wilayah I. Tercatat,
ada 17 pelanggan baru yang akan menerima pasokan gas dari PGN dengan volume
550.000 meter kubik per bulan (m3/bulan) dengan periode kontrak selama 5 tahun.
PGN menargerkan akan ada penambahan 19 pelanggan lain sektor industri di
Tangerang pada 2014. (Bisnis Indonesia)

TOBA: Toba Bara bangun pabrik pengolahan kelapa sawit. Perusahaan pertambangan
batubara, PT Toba Bara Sejahtra Tbk (TOBA) semakin serius mengembangkan bisnis
sawit hingga ke hilir. Setelah pada 19 Juni 2013 lalu mengakuisisi PT Perkebunan
Kaltim Utama I, kini TOBA bersiap membangun pabrik kelapa sawit. Untuk
merealisasikan pembangunan pabrik di lokasi Kaltim Utama I itu, Toba Bara bakal
mengalokasikan dana sekitar US$ 9 juta atau sekitar 38% dari total belanja modal
tahun 2014 yang mencapai US$ 15 juta-US$ 24 juta. (Kontan)

WINS :  Wintermar Jamin Pinjaman Anak Usaha US$3,85 juta.  PT Wintermar
Offshore Marine Tbk. (WINS) memberikan jaminan untuk kepentingan anak usahanya,
PT Sentosasegara Mulia Shipping dalam pemenuhan kewajiban pembayaran kredit
kepada DBS Bank Ltd. Hal itu disampaikan oleh Sekretaris Perusahaan Wintermar Nely
Layanto dalam keterbukaan informasi, Selasa (18/3/2014). Sentosasegara telah
menandatangani facility agreement dengan DBS pada 12 Maret 2014. (Bisnis Indonesia)

ISAT: Indosat jual 70% sahamnya di TBIG ke investor Asia.  PT Indosat Tbk (ISAT)
telah menjual 5% kepemilikannya di PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG).
Perjanjian tersebut telah terjadi pada 14 Maret lalu. Secara keseluruhan, ISAT memiliki
239,82 juta lembar saham TBIG. Di situ, 70% pembeli saham TBIG atau 167,87 juta
lembar merupakan investor Asia. Kemudian, investor asal Amerika Serikat mengambil
23% atau 55,15 juta lembar saham. (Kontan)



Technical analysis 


Investor sentiment 
Walaupun sentiment positif datang dari Crimea yang menjadi  bagian dari Russia,
belum mampu memberikan sentiment positif yang berarti yang mampu menggerakkan
market agar naik lebih tinggi.

Daily chart 
Analisa IHSG yang dapat kita lakukan pada figure 1 adalah analisa trendline, dimana
saat ini IHSG berada di titik  support yang penting untuk arah selanjutnya. Garis biru
dan garis hijau merupakan support kuat IHSG sehingga menjadi level penting dimana
jika breakdown akan membuat IHSG memasuki fase bearish dan gagal
mempertahankan fase bullish yang terjadi saat ini.




2-days chart 
Pada perdagangan 2 hari ini dapat kita analisa sesuai dengan figure 2 dimana level garis
biru merupakan level resistance yang penting bagi IHSG untuk ditembus. Namun jika
gagal mempertahankannya maka IHSG akan menembus support yang sangat kuat
dimana garis hijau dan garis merah. Breakdown ini akan membawa IHSG ke dalam fase
konsolidasi bearish panjang.

Dari kedua analisa kita diatas dapat kita simpulkan bahwa peluang penurunan pada
daily chart dapat terjadi namun pada 2-days chart penurunan sudah sangat terbatas.





Stocks on our focus list 


PT United Tractor Tbk (UNTR) 

Saham UNTR dapat kita analisa pada figure 3 dimana terlihat bahwa masih mempunyai potensial upside hingga resistance level garis hijau, sedangkan support level berada pada garis biru.

Bisnis pertambangan yang melambat tahun lalu berimbas terhadap kinerja PT United Tractors Tbk (UNTR) tahun 2013. Pendapatan perusahaan alat berat ini turun 8,8% dari tahun 2012 lantaran penjualan alat berat merosot. Tahun lalu, pendapatan anak usaha PT Astra Internasional Tbk ini sebesar Rp 51 triliun. Adapun pendapatan 2012 sebesar Rp 55,95 triliun.Sara K Loebis, Sekretaris Perusahaan United Tractors
mengatakan, pendapatan perusahaan yang turun ini sebagai imbas bisnis batubara yang cenderung lesu tahun lalu.

PT United Tractors Tbk (UNTR) per 31 Desember 2013 hanya membukukan laba senilai Rp4,83 trilyun. Berarti keuntungan yang diraih anak perusahaan PT Astra International Tbk (ASII) itu menyusut 16 persen dibandingkan per 31 Desember 2012 sejumlah Rp5,78 trilyun.Vice President Director UNTR, Gidion Hasan dalam siaran pers di Jakarta, mengungkapkan, kinerja perseroan mengalami penurunan karena segmen usaha mesin konstruksi dan pertambangan melemah. Menurut Gidion, pendapatan usaha yang
diraih perseroan sepanjang tahun lalu mencapai Rp51,01 trilyun atau berkurang 9 persen dari tahun sebelumnya Rp55,95 trilyun. Pendapatan dari segmen mesin konstruksi menyusut 29 persen menjadi Rp15,64 tri;trilyun atau sekitar 31 persen dari total pendapatan.

Perbaikan kinerja PT United Tractors Tbk (UNTR) tidak hanya terjadi di bisnis alat berat. Bisnis pertambangan batubara anak usaha PT Astra International Tbk (ASII) ini pun menunjukkan pertumbuhan. Di Januari 2014, UNTR berhasil menjual 824.000 ton batubara yang berasal dari empat tambang, yakni PT Prima Multi Mineral (PMM), PT Tuah Turangga Agung (TTA), PT Duta Nurcahya dan Grup Asmin Bara.



PT Sumarecon Agung Tbk (SMRA) 

Saham SMRA masih berada jalur uptrendnya, hal ini dapat kita liat pada figure 4, dimana potensial upside masih ada namun buy on weakness adalah langkah terbaik dengan target adalah garis resistance hijau.

Pengembang properti, PT Summarecon Agung Tbk masih merampungkan desain dan konsep gedung perkantoran yang akan dibangun di kawasan Slipi, Jakarta Barat. Selain perkantoran, di proyek yang menempati lahan sekitar 1,2 hektare (ha) itu juga dibangun hotel bintang empat. Konsep perkantoran masih dibahas, kalau bisa inginnya perkantoran sewa,ujar Johannes Mardjuki, presiden direktur PT Summarecon Agung Tbk kepada Investor Daily, di Jakarta, belum lama ini

Emiten properti, PT Summarecon Agung Tbk (SMRA), menggelontorkan dana sekitar 1,1 triliun rupiah untuk menuntaskan aksi anorganiknya di wilayah selatan Jakarta dan Bandung. Hingga saat ini, perseroan telah mengakusisi lahan seluas 200 hektare (ha) di wilayah Bandung, Jawa Barat, dan sekitar 300 ha untuk lahan yang terletak di wilayah selatan Jakarta. Aksi ini merupakan kelanjutan dari rencana perseroan membangun kawasan kota mandiri di kedua wilayah tersebut. Untuk Bandung, kami sudah akuisisi
sekitar 700 miliar rupiah, sedangkan di wilayah selatan Jakarta menghabiskan dana sekitar 400 miliar rupiah, kata Direktur Utama Summarecon Agung, Johanes Mardjuki, kepada Koran Jakarta.

PT Summarecon Agung Tbk (SMRA) berencana mengembangkan kota mandiri di kota Bogor dan Bandung. Summarecon berencana memulai penjualan di tahun 2014. Proyek SMRA lainnya yaitu Harris Hotel dan Pop Hotel Kelapa Gading dijadwalkan rampung tahun 2014. Sedangkan Movenpick Hotel di Bali ditargetkan selesai tahun 2015. Target penjualan PT Summarecon Agung Tbk. (SMRA) pada 2013 sebesar Rp4 triliun tidak tercapai karena kinerja pengembang properti yang dikenal dengan proyek township di Kelapa Gading, Jakarta Utara ini terhambat masalah perizinan lahan. Johanes Mardjuki, Direktur Utama Summarecon Agung, mengatakan, hingga Desember 2013 pihaknya baru bisa mencapai nilai penjualan sekitar Rp3,3 triliun. Menurutnya, izin pembebebasan lahan di Kelapa Gading menjadi salah satu faktor penghambat.



PT Bank Negara Indonesia (BBNI) 

Saham BBNI masih berada pola uptrendnya namun saat ini berada di fase konsolidasi, hal ini dapat kita lihat pada figure 4. Garis biru merupakan  level support yang menjadi target untuk entry price dan garis merah merupakan support kuat yang menjadi target entry price berikutnya dengan target adalah garis resistance hijau.

PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) tak seoptimis tahun lalu mengucurkan kredit korporasi. Krishna R Suprapto, Direktur Bisnis BNI, memproyeksikan pertumbuhan kredit korporasi maksimal 12% di tahun ini. Pertumbuhan kredit jauh lebih rendah dibandingkan dengan realisasi pertumbuhan kredit korporasi yang tumbuh hingga 55,4% di tahun  lalu. Per Desember 2013, Bank BNI mencatat kredit korporasi sebesar Rp
112,23 triliun, sedangkan tahun sebelumnya Rp 72,23 triliun.

PT Bank Negara Indonesia (BNI) Syariah mengaku siap untuk mengikuti proses divestasi saham jika induk perusahaan, yakni PT BNI (Persero) Tbk menghendaki untuk melepas sebagian saham BNI Syariah.  BNI sudah berpengalaman soal divestasi, misalnya, seperti BNI Life. Artinya, BNI tidak alergi  terhadap divestasi,ujar Direktur Utama BNI Syariah, Dinno Indiano, di Jakarta, belum lama ini.

Kinerja tahun 2013 sangat terkendala lantaran adanya gejolak perekonomian global, yang mengakibatkan ketatnya likuiditas pasar. Namun, meski adanya gejolak, kinerja BNI Syariah memenuhi target. Direktur Utama BNI Syariah Dinno Indiano saat paparan Kinerja 2013 melanjutkan, mengenai pertumbuhan pembiayaan di 2013 yang meningkat 47,3 persen menjadi Rp11,2 triliun telah mendorong peningkatan aset
perusahaan menjadi Rp14,7 triliun atau meningkat 38,2 persen (year-on-year).

Bank Negara Indonesia (BNI)  berhasil mencatatkan pertumbuhan pembiayaan perdagangan (trade finance) sebesar 20% pada akhir tahun lalu. Menurut Firman Wibowo, Senior Vice President Division Head BNI, hingga akhir tahun lalu, volume pembiayaan dalam layanan untuk perdagangan ekspor impor ini telah mencapai US$ 3,9 miliar. "Adapun perusahaan yang dominan menikmati layanan trade finance dari BNI kebanyakan bergerak di sektor konstruksi dan enginering, minyak dan gas, dan agrikultur," kata Firman.


Tidak ada komentar: