BEST OFFER EVER

Fee Buy-Sell: 0,15%-0,25% sampai dengan 0,08%-0,18% minimum deposit 10 JUTA RUPIAH

20140430

Market Outlook

Berani untuk bermimpi 


Pemerintah memastikan bahwa konstruksi Tanggul  Laut Raksasa akan dimulai pada bulan Juni 2014. Tanggul ini tidak hanya mengurangi banjir di Jakarta (terutama wilayah utara), tetapi juga akan menjadi tempat pengembangan kota terpadu dengan reklamasi dari 17 pulau. Proyek tanggul dengan panjang 30-60
kilometer ini dijadwalkan selesai dalam 3-4 tahun. Tahap awal pembangunan tanggul akan memakan biaya sekitar Rp 18 triliun, sedangkan total konstruksi GSW secara  keseluruhan diperkirakan sekitar Rp 600 trilliun. Proyek ini akan didanai oleh negara, pemerintah daerah DKI Jakarta, dan sektor swasta.

Kami berpendapat bahwa pembangunan tanggul raksasa ini akan berdampak positif pada sektor konstruksi. Sektor perbankan juga akan mendapatkan kesempatan untuk mengembangkan usahanya dalam hal pinjaman. Secara garis besar, proyek ini akan membuka lapangan kerja di bidang konstruksi dan memacu pertumbuhan ekonomi Indonesia.

Pendanaan merupakan salah satu faktor yang menghambat  pelaksanaan proyek-proyek infrastruktur pemerintah. Mungkin bisa dikatakan mudah bagi pemerintah untuk menutupi biaya membangun Tanggul Laut Raksasa dengan memotong berbagai subsidi (BBM, listrik, dll) selama 2 tahun, tetapi kenyataanya sulit untuk direalisasikan. Menerbitkan utang jangka panjang dan menarik investor untuk mengambil bagian dalam proyek ini bisa menjadi pilihan yang lebih baik bagi pemerintah untuk mendanai proyek tanggul raksasa ini.

Kami berpendapat bahwa perusahaan konstruksi BUMN memiliki kesempatan lebih tinggi untuk terlibat dalam proyek ini. Ada 4 perusahaan konstruksi BUMN yang terdaftar di BEI, yaitu: Wijaya  Karya (WIKA), Pembangunan Perumahan (PTPP), Waskita  Karya (WSKT), dan Adhi  Karya (ADHI). Kami menyarankan investor untuk mengambil kesempatan ini dan berinvestasi di perusahaan konstruksi BUMN. Walaupun inisiasi dan perjalanan proyek tanggul raksasa ini masih panjang, kami yakin bahwa perusahaan konstruksi BUMN akan tumbuh secara signifikan melalui proyek-proyek pemerintah lainnya. Berdasarkan
penilaian relatif, kita menemukan bahwa ADHI lebih menarik dibandingkan dengan perusahaan sejenis. Saat ini, ADHI diperdagangkan pada P/E 13.2x, lebih murah daripada rata-rata perusahaan konstruksi BUMN dengan P/E 19.4x.




Local flashes 


SMRA: Summarecon Raih Pinjaman Rp 2,21 Triliun. Emiten properti PT Summarecon
Agung Tbk (SMRA) dan anak usahanya meraih pinjaman senilai Rp 2,2 triliun dari PT
Bank Central Asia Tbk (BCA) dan PT Bank Mandiri TBK. BCA memberikan kredit Rp 1,6
triliun, sementara Bank Mandiri menyediakan Rp 600 miliar. Fasilitas itu dijamin dengan
aset tanah dan bangunan milik Summarecon yang tersebar di Jakarta, Banten, dan Bali.
(Berita Satu)

BBNI: BNI Bukukan Laba Rp 2,39 Triliun di Kuartal I-2014.  Tumbuh 15,6 %
dibandingkan periode sama tahun lalu sebesar Rp 2,07 triliun, laba tersebut didorong
pendapatan bunga bersih (net interest income) sebesar Rp 5,29 triliun atau tumbuh
23,2 % jika dibandingkan dengan periode sama tahun lalu sebesar Rp 4,29 triliun.
Perseroan tetap dapat mempertahankan net interest margin (NIM) di posisi 6,%.
Sedangkan rasio  kredit bermasalah alias non-performing loan (NPL) dari 1% pada
kuartal I 2013 turun menjadi 0,6% pada kuartal I 2014. (Kompas)

GIAA: Citilink Akan Caplok Tigerair Mandala. PT Garuda Indonesia Tbk melalui anak
usahanya, Citilink disebut-sebut berencana mengakuisisi atau mencaplok Tigerair
Mandala, salah satunya untuk memperkuat jaringan regional maskapai itu. "Benar, kami
berminat masuk ke Tigerair, salah satunya untuk memperkuat pengembangan dan
perkembangan ke depan Citilink," kata Dirut Citilink, M. Arif Wibowo saat dikonfirmasi
Selasa (29/4/2014). (Bisnis)

MSKY: MSKY Putuskan Untuk Tidak Membagi Dividen, Kenapa? Kinerja PT MNC Sky
Vision Tbk (MSKY) terbilang mengecewakan di sepanjang 2013 kemarin. MSKY tercatat
mengalami kerugian Rp 487 miliar. Maka dari itu, MSKY pun memutuskan untuk tak
membagi dividen kepada pemegang sahamnya. "Rapat Umum Pemegang Saham
Tahunan (RUPST) sepakati untuk tidak bagikan dividen karena saldo laba perseroan
negatif atau alami kerugian di tahun lalu," ucap Arya Sinulingga, Sekretaris Perusahaan
MNC, Selasa, (29/4). (Kontan)

ASII: Astra Bagi Dividen Tunai Rp 8,744 Triliun.  PT Astra International Tbk (ASII),
dalam Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST), Selasa (29/4), menyetujui
untuk membagi dividen Rp 8,744 triliun atau Rp 216 per saham. Dividend payout ratio
Astra untuk tahun buku 2013 adalah sekitar 45% dari total laba bersih 2013 sebesar Rp
19,417 triliun. Dividen itu dibagi dalam dua bagian. Yakni, sebagai dividen interim
sebesar Rp 64 per saham yang telah dibagikan pada 31 Oktober 2013. Sisanya Rp 152
per saham akan dibayarkan pada 12 Juni 2014 kepada pemegang saham perseroan
yang tercatat hingga 28 Mei 2014 pukul 16.00 WIB. (Indonesia Finance Today)

MTLA: Kuartal I, MTLA Bukukan Marketing Sales Rp 245 M.  Emiten properti
tampaknya mengalami penurunan pertumbuhan di kuartal pertama 2014. Coba lihat
PT Metropolitan Land Tbk (MTLA) yang mengalami penurunan marketing sales. Di
kuartal pertama, MTLA membukukan marketing sales sekitar Rp 245 miliar. Angka
tersebut turun 17% dari Rp 297 miliar di periode yang sama tahun lalu. Marketing sales
MTLA tersebut masih didominasi oleh penjualan residensial. Rinciannya yaitu penjualan
landed residential senilai Rp 168 miliar. Kemudian, Rp 78 miliar MTLA dari pendapatan
berulang atau recurring income pusat perbelanjaan dan hotel. (Kontan)

SMCB: Kuartal I, Laba Bersih Holcim Naik 75,5%. PT Holcim Indonesia Tbk. (SMCB)
membukukan laba bersih sebesar Rp323,5 miliar sepanjang kuartal I/2014 atau
melonjak 75,5% dari pencapaian periode yang sama tahun lalu sebesar Rp184,3 miliar.
Dari segi penjualan bersih, Holcim mencetak kenaikan tipis 9,12% menjadi Rp 2,15
triliun dari sebelumnya Rp 2,35 triliun. Seiring dengan itu, beban pokok penjualan
perseroan juga naik 9,31% dari Rp1,52 triliun menjadi Rp1,66 triliun. Dengan demikian,
Holcim membukukan laba kotor sebesar Rp 688,9 miliar atau naik 8,75% dibandingkan
dengan periode yang sama tahun lalu Rp 633,49 miliar. (Kontan)



Technical analysis 


Investor sentiment 

Sentimen  wait and  see terhadap menunggu pengumuman capres dan cawapres membuat IHSG hanya mampu menguat terbatas kemain. Sentimen ini juga berpeluang berlanjut hingga benar-benar diumumkan.

Daily chart 

Pada perdagangan kemarin IHSG diselimuti oleh sentiment bearish yang cukup kuat, namun bullish mampu bertahan walau hanya menguat tipis sekali yaitu 0,01% ditutup pada 4,819. Hal ini membuat peluang penguatan lanjutan akan berlanjut pada perdagangan hari ini. Jika melihat indikator teknikal IHSG pada chart 1 maka terlihat memang rebound berpeluang terjadi setelah menyentuh level support. Namun resistance garis hitam yang cukup kuat menjadi ujian pertama bagi IHSG untuk pembuktian jika trend kenaikan berlanjut.



60 minutes chart 

Gap yang terjadi pada 60 minutes  chart telah berhasil ditutup pada perdagangan kemarin, sehingga peluang rebound dengan menguji level resistance terdekat pada garis hijau yang kita lihat di chart 2. Indikator MACD melakukan goldencross, indikator RSI juga memberikan sinyal yang sama. Sehingga peluang kenaikan akan terjadi pada perdagangan hari ini.




Stocks on our focus list 


PT BW Plantation Tbk (BWPT) 

Saham BWPT pada perdagangan kemarin berhasil mengalami penguatan hingga 1,44% ditutup pada level psikologis 1,400. Jika kita melihat chart 3 maka tampak saham BWPT berhasil menembus resistance dan menguji 1,420 yang berpeluang besar untuk ditembus.

Indikator teknikal saham BWPT juga mendukung penguatan lanjutan yang akan terjadi. Volume yang meningkat memberikan gambaran adanya akumulasi, stochastic memang telah memasuki area overbought namun masih memberikan sinyal uptrend.

Strategi trading buy direkomendasikan dengan melakukan aksi beli pada level harga open market, target saham ini adalah 1,450 dengan stoploss pada level 1,350.




PT Surya Semesta Internusa Tbk (SSIA) 

Pada perdagangan kemarin saham SSIA mengalami pelemahan sebesar 1,73%dan  ditutup pada level 850. Jika kita membuat garis resistance dan support dengan menghubungkan titik-titik seperti chart 4 maka akan membentuk sebuah triangle.  

Indikator teknikal saham SSIA memberikan potensi pelemahan yang sudah sangat terbatas. Hal ini terlihat dari MACD yang sudah mulai mengarah ke uptrend. Volume perdagangan juga mengecil.  

Strategi buy on weakness dapat dilakukan untuk menghadapi saham seperti SSIA yang berpeluang mengakhiri masa konsolidasinya. Level terbaik sebagai entry point adalah level 830-850 dengan  target kenaikan pada level 870.




PT Waskita Karya Tbk (WSKT) 

Peluang rebound pada saham WSKT tampak cukup jelas akan terjadi, hal ini terlihat pada chart 5 yang diberikan oleh sinyal MACD yang berpeluang goldencross.  

Walaupun indikator stochastic masih mengarah pada area bearish, namun volume tekanan jual sudah semakin mengecil.

Jika kita menarik garis resistance dan support level maka terbentuk suatu triangle dengan peluang untuk kembali menguji level resistance.

Strategi trading buy dapat dilakukan dengan level entry pada 730  -750 dengan target harga 770.





Tidak ada komentar: